Loading

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT

BAB I

PENDAHULUAN

Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Sebagai umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan periode Madinah.

Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Disinilah pendidikan islam berkembang pesat.
BAB II

PEMBAHASAN

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT

1.Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah

Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:

   1. Periode Makkah
   2. Periode Madinah

   1. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya[1].

Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah[2].

Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.

Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya[3].

Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.

Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya[4].

Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:

   1. Pendidikan Keagamaan

Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.

   2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah

Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.

   3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti

Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.

   4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.

Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[5]

   2. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah

Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.

Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:

   1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.

Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:

   1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[6]
   2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
   3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
   4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at

Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]

Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[8]

   2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.

Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.

Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

   3. Pendidikan anak dalam islam

Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:

    * Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
    * Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
    * Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[9]

Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:

   1. Pendidikan Tauhid
   2. Pendidikan Shalat
   3. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
   4. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
   5. Pendidikan kepribadian[10]
   6. Pendidikan kesehatan
   7. Pendidikan akhlak.[11]

Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah:

    * Periode kota Makkah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

    * Periode kota Madinah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

   3. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW

Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.

Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:

   1. Makkah

    * Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
    * Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.

   2. Madinah

    * upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
    * Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
    * Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:

   1. Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
   2. Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
   3. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[12]

   4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan

Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.

Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.

Setelah masyarakat islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:

   1. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
   2. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[13]

2.Pendidikan Islam Pada Masa Kulafa al-Rasyidin

Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.[14]

Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafa al- Rasyidin:

   1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq

Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.[15]

Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.

   2. Masa Khalifah Umar bin Khattab

Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.

Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.[16]

Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.

   3. Masa Khalifah Usman bin Affan.

Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.

Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.[17]

Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.

   4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.[18]

Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:

   1. Makkah
   2. Madinah
   3. Basrah
   4. Kuffah
   5. Damsyik (Syam)
   6. Mesir.[19]

   5. Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al Rasyidin (632-661M./ 12-41H)

Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.

Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar:

   1. Membaca dan menulis
   2. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
   3. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya

Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:

   1. Berenang
   2. Mengendarai unta
   3. Memanah
   4. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.

Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:

   1. Al-qur’an dan tafsirnya
   2. Hadits dan pengumpulannya
   3. Fiqh (tasyri’)[20]
BAB III

KESIMPULAN

    * Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
    * Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
    * Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.

DAFTAR PUSTAKA

Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.

Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008

Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992

Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008

[1]

[1] (Q.S. Al-Alaq: 1-5)

[2] (Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)

[3] Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. Hal 6

[4] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008. Hal 28

[5] Dra.Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 27

[6] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, 1992 Persada,2008. Hal 26

[7] Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 37

[8] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT. Hidakarya Agung, 1992. hal 16

[9] Dra.Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara cet.9,2008 hal 55

[10] Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008 hal 58

[11]Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1992.hal 18

[12] Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 135-136

[13] Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press 2005 hal 24

[14] Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988. Hal 121

[15] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 45

[16] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 48

[17] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 49

[18] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 50

[19] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1992.hal 33

20Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 137

[20]
sumber: makalah kelompok 1 SPI 2 ,Kelas 3D UIN Jakarta. 

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIFITAS SISWA

BAB I
PENDAHULUAN


A.‎    Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita sekarang ini ‎adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, ‎anak kurang didorong untuk mengembangkan kemempuan berpikir. Proses ‎pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemempuan anak untyuk ‎menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun ‎berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya ‎itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika ‎anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi ‎mereka miskin aplikasi.‎
Mengajar bukan sekedar menyampaikan materi kepada peserta didik. ‎Mengajar merupakan suatu proses mengubah perilaku siswa baik secara ‎intelektual, sikap maupun keterampilan yang dimiliki kearah yang diharapkan. ‎Untuk itu seorang guru harus memiliki kemampuan khusus dalam merancang ‎dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap ‎cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa. ‎Itulah sebabnya guru dapat dikatakan sebagi pekerjaan professional.‎
Salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran di ‎sekolah adalah memilih atau menetapkan strategi pembelajaran yang resmi ‎dengan kondisi yang diprediksi dapat mempengaruhi hasil belajaran yang akan ‎dicapai oleh siswa. Agar hal ini tercapai guru harus memiliki kemauan dan ‎kemampuan yang memadai untuk mengembangkan atau menetapkan strategi ‎pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pengajaran. Dengan adanya srtategi ‎pembelajaran diharapkan peserta didik kita akan menjadi lebih baik dan dapat ‎dengan mudah menerima pembelajarannya, serta dapat langsung di ‎implikasikan dalam kehidupan sehari-hari.‎
 
B.‎    Rumusan Masalah
‎1.‎    Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?‎
‎2.‎    Bagaimana jenis-jenis atau  model-model strategi pembelajaran?‎
‎3.‎    Bagaimana prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran?‎
‎4.‎    Bagaimanakah konsep pembelajaran berorientasi aktifitas siswa?‎
‎5.‎    Bagaimanakan peran guru dalam implementasi pembelajaran berorientasi ‎pada siswa?‎
 

BAB II
PEMBAHASAN


‎1.‎    Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan ‎sebagai seni dalam merancang(operasi) peperangan, terutama yang erat ‎kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi kedalam posisi perang yang ‎dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. Kata ‎strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atauStrategus. Strategos berarti ‎jenderal atau berarti pula perwira Negara (state officer). Jenderal inilah yang ‎bertanggungjawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya ‎untuk mencapai kemenangan.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri ‎Prasetya,1997:121).‎
Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu ‎lain, termasuk bidang ilmu pendidikan, dalam kaitannya dengan belajar ‎mengajar, pemakain istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru ‎dalam menciptakan suatu sitem lingkungan yang memungkinkan tejadinya ‎proses mengajar.‎
Pengertian Strategi pembelajaran cukup beragam walaupun pada ‎dasarnya sama. Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah ‎suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif ‎kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Secara spesifik ‎Sherly (1987) merumuskan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan ‎bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai ‎tujuan.‎
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu ‎kegitan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan ‎pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick and Carey (1985) ‎menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan ‎prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk ‎menimbulkan hasi belajar pada siswa.‎
Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu dicermati.Pertama, ‎setrategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) ‎termasuk penggunaan metode dan pemamnfaatan sumber daya atau kekuatan ‎dalam pembelajaran.Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, ‎artinya arah tujuan dari penyusunan langkah-langkah strategi adalah ‎pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi, perlu ‎dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan ‎adalah roh dari implementasi strategi.‎
‎2.‎    Model – Model Strategi Pembelajaran
Dalam menggunakan model mengajar sudah barang tentu guru yang ‎tidak mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses ‎beljar-mengajar dengan sebaik-baiknya. Untuk mendorong keberhasilan dalam ‎proses beljar-mengajar dibawah ini ada beberapa strategi pembelajaran sebagai ‎metode untuk proses belajar-mengajar.‎
‎1.‎    Metode Ceramah.‎
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan ‎penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah ‎untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu ‎seperti gambar, dan audio visual lainnya. Peranan siswa dalam metode ini ‎adalah mendengarkan dengan teliti dan mencata pokok penting yg ‎dikemukakan oleh guru.‎
Agar ceramah itu menjadi metode yang baik pelu diperhatikan hal ‎berikut:‎
a)‎    Metode ceramah digunakan jika jumlah khalayak cukup banyak
b)‎    Metode ceramah digunakan jika akan memperkenalkan materi ‎pelajaran baru
c)‎    Metode ceramah digunakan khalayaknya telah mampu menerima ‎informasi melalui kata-kata
d)‎    Diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual ‎lainnya.‎
e)‎    Guru harus berlatih dahulu
‎2.‎    Metode Tanya – Jawab (Respons)‎
Metode Tanya jawab adalah suatu metode didalam pendidikan dan ‎pengajaran dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan ‎materi yang ingin diperolehnya, metode Tanya jawab dilakukan agar:‎
a)‎    Sebagai ulangan pelajaran yang telah diberikan
b)‎    Sebagai selingan dalam pembicaraan
c)‎    Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada ‎masalah yang sedang diberikan
d)‎    Untuk mengarahkan proses berfikir
‎3.‎    Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan ‎masalah untuk mengambil kesimpulan. Adapun manfaatnya antara lain:‎
a)‎    Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berfikir
b)‎    Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap ‎dan aspirasinya secara bebas
c)‎    Peserta didika belajar toleran terhadap teman-temannya
d)‎    Menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan peserta didik. dll ‎
‎4.‎    Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)‎
Metode ini sering juga disebut metode pekerjaan rumah yaitu metode ‎dimana murid diberi tugas diluar jam pelajaran. Dalam pelaksanaanya ‎metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah ‎tetapi dapat diperpustakaan, dilaboratorium, dan sebagainya untuk di ‎pertanggung jawabkan, metode ini dilakukan:‎
a)‎    Guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima ‎anak lebih meyakinkan
b)‎    Untuk mengaktifkan peserta didik mempelajari sendiri suatu maslah ‎dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, dan ‎mencoba sendiri
c)‎    Agar peserta didik lebih rajin
 
‎5.‎    Metode Demontrasi dan Eksprimen
Metode demontrasi adalah metode mengajar dimana guru atau orang ‎lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh ‎kelas suatu proses, misalnya proses cara mengambil wuduk,proses jalannya ‎sholat dua rakaat dan sebagainya
Metode eksprimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid ‎brsama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang ‎diketahui, misalnya murid mengerjakan sholat jumaat,merawat jenazah dan ‎sebagainya. Metode ini dilakukan:‎
a)‎    Peserta didik menunjukkan ketrampilan tertentu
b)‎    Untuk memudahkan berbagai penjelasan, sebab penggunaan ‎bahasadapat lebih terbatas
c)‎    Untuk membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya ‎suatu proses dengan penuh perhatian sebab akan menarik.‎
‎6.‎    Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran ialah ‎kelompok dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang ‎didalamnya terdapat adanya hubungan timbale balik antar individu serta ‎sikap saling percaya.‎
‎7.‎    Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan
Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendemontrasikan ‎cara bertingkah laku dalam hubungan social, sedangkan bermain peranan ‎menekankan kenyataan dimana para murid diikut sertakan dalam permainan ‎peranan didalam mendemontrasikan masalah-masalah social.‎
‎8.‎    Metode Karyawisata
Metode karya wisata sering diberi pengertian sebagai suatu metode ‎pengajaran yang dilaksanakan dengan cara bertamasya diluar kelas. Dalam ‎perjalanan tamasya ada hal-hal tertentu yang telah direncakan oleh guru ‎untuk didemonstrasikan pada anak didik, di samping hal-hal yang secara ‎kebetulan ditemukan dalam tamasya tersebut.‎
 
‎9.‎    Metode Mengajar Beregu ‎
Adalah salah satu cara menyajikan bahan pelajaran  yang dilakukan ‎bersama oleh dua orang atau lebih kepada kelompok pelajar untuk mencapai ‎tujuan pengajaran. Guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode ‎ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dan dalam waktu yang sama ‎pula.‎
Apabila pertentangan informasi keterangan itu muncul pada waktu ‎pengajaran berlangsung, maka anggota tim berusaha untuk menyatukan ‎pendapat, tetapi bagi kelompok pelajar yang diperkirakan sudah dewasa dan ‎sudah dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah.‎
‎10.‎    Metode Proyek(unit)‎
Adalah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran di organisasikan ‎sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat ‎yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah, adapun factor-faktor ‎yang harus diperhatikan
a)‎    Sesuai dengan minat,kebutuhan dan pengalaman pelajar
b)‎    Setaraf dengan dengan kematangan
c)‎    Merangsang serta memberikan kesempatan kepada para pelajar ‎untuk menggunakan pikirannya untuk berkreasi dan sudah ‎terencana.‎
‎3.‎    Prinsio-Prinsip Strtegi Pembelajaran
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah tidak semua ‎strategi cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. ‎Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan guru harus mampu ‎memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu, guru ‎harus memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran ‎sebagi berikut:‎
‎1)‎    Mengajar harus bedsarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa, ‎apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan ‎yang akan di ajarkan, hal ini sangat penting agar proses bvelajar ‎mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.‎
‎2)‎    Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis, ‎hal ini dapat menarik minat sekaligus memotivasi belajar.‎
‎3)‎    Mengajar harus mempehatikan individual siswa.‎
‎4)‎    Kesiapan (readinees) dalam belajar sangat penting dijadikan ‎landasan mengajar.‎
‎5)‎    Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
‎6)‎    Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.(Dr. ‎Hamzah B, Uno,M.Pd, 2008:7)‎
‎4.‎    Konsep Pembelajaran Beraktivitas Siswa.‎
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu ‎pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktiivitas siswa ‎secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek ‎kognotif, afektif, dan psikomotor secara berkembang, aktivitas ini dapat ‎berupa aktivitas fisik,mental maupun keduanya dan pembelajaran berorientasi ‎aktivitas siswa ini merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar, dimana ‎anak terutama mengalami intelektual emosional disamping keterlibatatan fisik ‎didalam proses belajar mengajar.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri ‎Prasetya,1997:120).‎
Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar ‎beraneka ragam, seperti mendengarkan ceramah,mendiskusikan,membuat suatu ‎alat, membuat laporan pelaksanaan-pelaksanaan tugas dan sebagainya. ‎Keaktifan siswa yang berbeda-beda ini dapatlah dikelompokkan atas aktivitas ‎yang bersifat fisik dan aktivitas yang bersifat non fisik, seperti mental, ‎intelektual dan emosional.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri ‎Prasetya,1997:121).‎
Dari konsep diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari ‎pembelajaran berorientasi siswa adalah untuk membantu peserta didik agar ‎bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memmperoleh pengetahuan, ‎keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang ‎mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional  maka ‎pembelajaran aktivitas siswa adalah pendekatan yang paling sesuai untuk ‎dikembangkan.‎

‎5.‎    Peran Guru Dalam Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dilihat dari segi guru ‎merupakan suatu strtegi yang dipilih guru agar keaktifan siswa dalam kegiatan ‎belajar mengajar berlangsung secra optimal, Dalam implementasi pembelajaran ‎berorientasi aktifitas siswa, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber ‎belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang ‎lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh karena ‎itu, penerapan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa menuntut guru untuk ‎kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajaranya ‎dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan ‎yang dapat dilakukun guru, diantaranya adalah :‎
a)‎    Adanya usaha untuk membina dan mendorong subjek didik dalam ‎menigkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif
b)‎    Adanya kemampuan guru untuk melakukan peran sebagai innovator ‎maupun motivator terhadap hal-hal baru dibidang masing-masing ‎dalam proses belajar mengajar
c)‎    Adanya sikap tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar
d)‎    Adnaya pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut ‎cara,irama maupun tingkat kemampuan masing-masing.‎
e)‎    Adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam strategi ‎belajar mengajar dan menggunakan multimedia maupun ‎multimetode dalam proses belajar mengajar.(Drs.H.Abu Ahmadi-‎Drs. Joko Tri Prasetya:1997:130)‎
 
BAB III
KESIMPULAN


Dari beberapa penjelasan-penjelsan diatas dapat di simpulkan
‎1.‎    Strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana ‎yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. ‎Secara ‎
‎2.‎    Jenis-jenis atau model strategi pembejaran yaitu:metode ceramah, metode ‎Tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas belajar(resitasi), ‎metode demonstrasi dan eksprimen, metode kerja kelompok, metode ‎sosiodrama dan bermain peranan, metode karyawissata, metode mengajar ‎beregu dan metode proyek(unit).‎
‎3.‎    Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagi berikut:‎
a)‎    Mengajar harus bedsarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa, apa ‎yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang ‎akan di ajarkan, hal ini sangat penting agar proses bvelajar mengajar ‎dapat berlangsung secara efektif dan efisien.‎
b)‎    Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis, hal ‎ini dapat menarik minat sekaligus memotivasi belajar.‎
c)‎    Mengajar harus mempehatikan individual siswa.‎
d)‎    Kesiapan (readinees) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan ‎mengajar.‎
e)‎    Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
f)‎    Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.‎
‎4.‎    Dari konsep diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari ‎pembelajaran berorientasi siswa adalah untuk membantu peserta didik agar ‎bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memmperoleh ‎pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya ‎kepribadian yang mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan ‎nasional  maka pembelajaran aktivitas siswa adalah pendekatan yang paling ‎sesuai untuk dikembangkan.‎
‎5.‎    Dalam implementasi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, guru tidak ‎berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan ‎materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana ‎memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran ‎berorientasi aktifitas siswa menuntut guru untuk kreatif dan inovatif ‎sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajaranya dengan gaya dan ‎karakteristik belajar siswa.‎
 
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Tri Prasetya, Joko, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, ‎CV. Pustaka Setia.‎
Hamalik, Oemar, 2010, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan ‎Sistem, Jakarta, PT.Bunmi Aksara
Hamalik, Oemar, 2010, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, PT.Bunmi Aksara‎
Sagala, Syaiful, 2008, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung, CV. Alfabeta ‎
Uno, Hamzah B, 2008, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta, PT Bumi Aksara‎
Zaini, Hisam, Munthe, Bernawy, dan Ayu Aryani, Sekar, Strategi Pembelajaran ‎Aktif, Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, ‎






 
ADVERTISER
  • ROXX SHARE
  • PRESENTS
  • WIDGETS
  • TEMPLATES
  • WORM TECHNIQUES
  • INSPIRATIONS

Entri Populer

Special Keywords



alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah swt,,yang memberi segala nikmat kepada kita....
Seiring dengan perjalanan itu kami terus berusaha memaksimalkan mungkin mengadakan penyempurnaan, baik bahasa maupun isinya. Dengan adanya penyempurnaan itu, sekalipun belum sempurna, mudah-mudahan dapat mempermudah para pembaca ketika sudah membuka blog ini. Semoga blog ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun yang mendengarkan. Amin .

Categories

My Blog List ( DO FOLLOW )